Minggu, 10 Februari 2013

Aremania The Best Supporter


Aremania, begitulah seputar keberadaan salah satu suporter yang kita kenal melalui media massa tanah air kita. Bukan karena tindakan negatif yang mengiringi keberadaan Suporter Ongis Nade Sang Suporter Arema Malang. Tapi dikarenakan visi dan misi pemikirannya yang mendalangi sebagian besar Perkumpulan Suporter Indonesia dan menyebut Aremania sebagai Soko Guru Suporter Indonesia.
Namanya memang soko guru, dan hal itu bukanlah sebagai isapan jempol begitu saja. Pasoepati, Slemania, Jetman, NJ Mania, Ultrasmania, dan perkumpulan suporter lainnya. Visi dan misi sebagai pencetus dan penyebar irus Perdamaian di kalangan suporter Indonesia. Dan puncaknya adalah ketika pada tahun 2000 seusai perhelatan Liga Indonesia VI, Aremania mendapat anugerah penghargaan suporter terbaik oleh Ketua PSSI saat itu Agum Gumelar.
Salah point yang menjadi nilai unggul dari Aremania adalah keberadaan dan corak khas tersendiri menyajikan atraksi di dalam stadion, kiprah yang membahana sampai bergema hingga penjuru nusantara. Tak heran apabila sampai saat tersebut makin banyak organisasi suporter yang berharap kepada Aremania untuk dijadikan guru dan mengajarkan bagaimana caranya mengelola ribuan individu yang berbeda emosi hingga bisa hadir dalam satu tribun, saling bernyanyi dan menari secara kompak dan atraktif (meski tidak semua supporter setuju dengan hal ini, akan tetapi pada kenyataannya mereka adalah salah satu yang suka copy paste terhadap apa yang Aremania lakukan).
Aremania, dan memang seperti itulah ciri khasnya. Datang ke stadion dengan atribut serba biru. Bahkan tak jarang agar bisa masuk ke stadion dan mendapatkan tempat duduk dengan lebih leluasa, Aremania harus rela datang pukul 10.00 pagi, atau sekitar 5 setengah jam sebelum kickoff. Itupun sebelumnya harus antri masuk sejauh ratusan meter dan Pintu masuk baru bisa dibuka pkl 12.30 wib. Pukul 13.00 stadion sudah mulai penuh diisi puluhan ribu Aremania, dan pada pukul 14.00 itulah stadion mulai semarak dengan berbagai atraksi, nyanyian, yel-yel tiupan terompet dan tetabuhan drum dari tribun utara yang dikomando oleh Yuli Sumpil maupun tribun selatan yang dikomando oleh Iwan Kepet.
Barangkali suatu kefanatikan adalah sebuah agama kedua bagi Aremania. sepakbola adalah sebuah agama bagi masyarakat gibol luar negeri. Aremania telah mendeskripsikan hal ini dengan sejelas-jelasnya. Bahwasanya sebagian besar ide dan pikiran ditunjukkan kepada Arema. Sebab dengan melihat Arema hasrat bisa tersalurkan. Bukan hasrat biologis tentunya, tapi keinginan untuk melepaskan diri dari problema kehidupanlah yang menyebabkan Aremania merelakan diri untuk berkorban demi sebuah nama Arema.
Kini sudah lebih dari 1 dasawarsa keberadaan Aremania, sebuah umur yang cukup muda untuk keberadaan sebuah organisasi yang beranggotakan puluhan ribu orang dari berbagai karakter dan kondisi. Sulit untuk mengatakan jika perjalanan Aremania tidak luput dari suatu rintangan. Halangan yang tentunya tidak akan bisa dilupakan oleh sebagian besar Aremania tatkala harus menyaksikan perjalanan Arema yang sempat terseok-seok di pentas Liga Indonesia dan akhirnya mencapai kemantapan suatu posisi sebagai Capolista Liga Djarum Indonesia.
Hakekat Aremania adalah diciptakan sebagai Pendukung Arema. Tentu kita tidak akan lupa bagaimana karakter yang berbeda-beda dari warga Malang ini. Bukan saja ditinjau dari suku, agama, ras, dan budaya mana mereka berasal, tapi juga dilihat dari aspek karakter/emosional dan psikis dari masing-masing individu.
Sebelumnya tentu kita tahu, karakter orang Malang adalah cenderung keras(sama seperti gaya khas sepakbola Malang), ceplas-ceplos, terbuka dan sangat menjunjung tinggi militansi dan rasa setia kawan. Tapi ada peran khas dari dua orang(Yuli Sumpil dan Iwan Kepet) dan mereka bisa menyatukan ribuan orang yang berbeda karakter untuk bisa bersama-sama mendukung Arema.

Profil Stadion Kanjuruhan Malang


                    Stadion Kanjuruhan adalah sebuah stadion sepak bola yang terletak di Kepanjen, Malang,        Jawa Timur, Indonesia. Kapasitasnya berjumlah 35.000 tempat duduk. Stadion ini merupakan markas kesebelasan       sepak bola asal daerah Malang, yakni Arema Indonesia.

Simbol Singo Edan & Arema Miliki Akar Sejarah Panjang


Tahukah Anda, bahwa simbol “singo edan” yang kerap di usung Aremania dalam mensupport klub sepakbola  Arema  itu tidak asal comot. Namun punya nilai historis atau akar sejarah panjang dan  khas lokal kota Malang?
Simbol singa (foto) memang secara resmi pernah menjadi simbol kota Malang sejak Staatgementeraat kota Malang menetapkannya pada 7 Juni 1937. Keputusan bernomor A2 407/43 ini disahkan pula oleh Gubernur Jendral pada April 38.  Simbol singa  itu  diberi  “sesanti” berbahasa Latin: Malang Nominor Sursum Moveor (Malang Namaku Maju Tujuanku).
Seperti juga sudah dibahas dalam blog milik Aremania Balikpapantentang sejarah semboyan kota Malang tempo doeloe yang juga menyebutkan simbol singa sebagai simbol Kota Malang tempo doeloe.
Namun, semangat menyingkirkan apa saja yang berbau kolonial, kemudian menyebabkan Dewan Kota Malang mengubah lambang ini pada tahun  1951. SK No 51 DPRD Malang ini mengubah lambang kota menjadi Burung Garuda dan Macan Loreng, namun waktu itu sesantinya tetap.
Kemudian, pada tahun 1964, lambang kota Malang berubah lagi lewat keputusan DPRGR No 7 menjadi seperti sekarang, yakti simbol Tugu dan Bintang sedanga sesanti baru “MalangkuCeswara” dari bahasa Sangsekerta bermakna “Tuhan Menghancurkan yang Batil”.
Bagaimanapun juga, jelas simbol “singa edan” memiliki nilai lokal dan historis bagi wilayah  Kota Malang  dan sekitarnya. Bahkan Jika ingin menggali lebih dalam, banyak ditemukan pemimpin-pemimpin Malang purba yang bergelar “Singha” atau “Simha”.
Lambang singa itu kalau

Rabu, 06 Februari 2013

Ternyata Logo Kepala Bonek Asli Arek Ngalam!!!!



Salah satu pahlawan kemerdekaan yang cukup dikenal di Lamongan yakni Kadet Soewoko. Dia dikenal dengan kisah perjuangannya yang sangat heroik ketika menghadapi agresi Belanda ke-II pada 1949.
Soewoko sebenarnya bukan asli Lamongan, tetapi kelahiran Desa Lumbangsari Kecamatan Krebet Malang pada 1928. Setelah lulus sekolah kadet di Malang, dia kemudian ditugaskan menjadi komandan regu I seksi I kompi I pasukan tamtama Kdm (Kodim) Lamongan.

Yuli Sumpil: Sang Dirigen Aremania

YULI Sugianto atau Yuli Sumpil. Demikian lajang kelahiran 14 Juli 1976 ini biasa dipanggil rekan-rekannya sesama Aremania, pendukung fanatik Arema Indonesia. Sumpil menunjukkan kampung tempat ia tinggal, yakni di Jalan Sumpil Gang I, RT 3/RW 4 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.
Pemuda nyentrik dengan anting-anting di kedua kupingnya, topi yang tak lepas dari kepala, dan mengenakan kaus Aremania itulah ciri khasnya. Ia selalu semangat dalam membela klub berjuluk ‘Singo Edan’ itu.

Tiket Gelang Dalam Laga Home Arema


                        2013-02-05_205230               
Kecolongan, itu adalah masalah yang paling sering dialami oleh suatu laga atau pertandingan sepak bola yaitu dimana jumlah penonton yang tercatat dengan jumlah penonton sebenarnya sangat tidak sesuai. Contoh, semisal jumlah penonton yang tercatat dari hasil penjualan tiket berjumlah 30.000 penonton, tapi jumlah yang ada di dalam stadion itu berjumlah 30.001 penonton, maka satu orang penonton yang ada tersebut kalau dipikir dapat tiket masuk dari mana? Kondisi ini tentu akan sangat merugikan bagi panpel, karena kalau yang terjadi betul2 cuman satu tiket sih nggak apa apa, lha kalau ternyata yang terjadi ini sampai dengan jumlah ribuan….

Sabtu, 02 Februari 2013

Eksistensi Arema – Aremania


             Jean Paul Sartre adalah seorang filsuf Perancis dan dianggap sukses dalam mengembangkan eksistensialisme. Memahami eksistensi bagi saya pribadi sama artinya dengan memahami hakekat apa dasar manusia ada selama ini. Manusia ada untuk hidup dan berjuang, meski pada dasarnya manusia tidak kuasa menolak takdir.