Dalam sepakbola modern, playmaker flamboyan dengan kemampuan menahan bola mumpuni plus kemampuan dribbel melewati lawan tidak wajib dimiliki.
Sebagai contoh di Premier League, sangat jarang sekali tim yang menggunakan playmaker. Urusan menggiring bola memecah pertahanan lawan diserahkan kepada pemain sayap. Sementara para gelandang disana tidak lama memegang bola, cukup dengan passing terarah ke segala lini.
Karena itu, tidak perlu risau manakala Arema Indonesia gagal mendapatkan sosok playmaker musim ini.
Tim kebanggaan Aremania itu bukannya tanpa usaha, kerja keras mencari sosok playmaker yang mampu menggiring bola memecah pertahanan dari ekspatriat kerap dikecewakan, berturut-turut, Rohit Chand, Ebrahim Loveinian, Naseer Al Sebai, hingga terakhir Kim Sung-Yeon gagal memenuhi ekspektasi dari pelatih.
Bahkan yang terakhir, sosok Kim yang melakukan aksi bagus di setiap sesi latihan Arema nampak kaku dan bingung saat dihadapkan dengan gaya spartan plus ngotot anak-anak muda dari Metro FC. Kondisi yang menjadikan alasan bahwa dia tidak layak berkostum Arema meski sudah hampir 10 hari melakukan seleksi.
"Kita akan memaksimalkan gelandang yang ada," kata asisten pelatih Satria Bagja.
Memang benar, Arema sebenarnya sudah punya enam gelandang, mereka adalah Egi Melgiansyah, Hendro Siswanto, Dedi Kusnandar, I Gede Sukadana, Joko Sasongko, dan M Irsyad. Dari enam gelandang itu yang paling bisa menggiring bola melewati lawan adalah M Irsyad, sisanya adalah sosok destroyer yang punya tugas merusak permainan lawan.
Apes bagi Irsyad, gaya main yang tidak mainstream dibandingkan rekan-rekannya ini menuai bencana manakala Arema berujicoba melawan Persepam. Dia urung menunjukkan diri di pentas Super Liga setelah laga ujicoba mengalami retak tulang fibula (betis) kaki kanan.
Sembari menunggu Irsyad sembuh, peluang ada di lima gelandang tersisa. Namun belakangan, dua pemain I Gede Sukadana dan Joko Sasongko dimainkan menjadi starter, sedang Hendro Siswanto menjadi full-back kanan.
Bisa dikatakan peranan dua gelandang Arema di dua laga tidak cukup bagus. Keduanya masih belum cukup kompak untuk menentukan kapan menyerang dan bertahan. Akibatnya, serangan balik yang dilakukan sang lawan langsung bertemu bek karena dua gelandang Arema sering terlambat turun.
Arema sendiri melalui Satria Bagja mau tidak mau harus memanfaatkan gelandang yang tersisa, setidaknya hingga satu putaran. Namun hal pertama yang kudu diperbaiki untuk pemain gelandang adalah akurasi passing dan penjagaan daerah tengah dari serangan balik cepat lawan.
Tidak perlu playmaker flamboyan, cukup bermain dengan akurasi passing seperti Premier League. Niscaya di putaran kedua Arema tidak akan butuh lagi gelandang di putaran kedua. Sementara untuk pemain yang menggiring bola bisa diserahkan kepada striker atau pemain sayap.
Mampukah?. Mampu kok, karena mereka sudah punya dasar bermain bola yaitu passing yang benar.
Sumber:http://www.wearemania.net/arema-news/2934
0 komentar:
Posting Komentar