Sabtu, 02 Februari 2013

Akar Kekerasan Suporter


Akar kekerasan oleh supporter sepakbola
Dalam dunia sepakbola yang namanya pertandingan sepakbola tanpa didampingi dengan yang namanya supporter ibarat sayur tanpa garam, sudah tentu rasanya akan hambar sekali. Begitu pula dengan sepakbola, apabila tidak adanya supporter di situ maka pertandingan sepakbola itu akan terasa hambar dan aneh kelihatannya. Akan tetapi dalam beberapa kasus yang terjadi di sepakbola itu sendiri sering kita alami sendiri ataupun mungkin dari berita berita dari berbagai media yaitu adanya tindakan kekerasan. Baik itu tindakan penjarahan, perampokan, bentrokan antar supporter, dan tindakan tindakan lainnya yang bisa digolongkan dalam tindakan kekerasan.
Dalam kesempatan kali ini, saya tertarik untuk mengungkap akar atau dasar dari para supporter itu untuk bertindak yang seperti itu. Dan berhubung banyaknya ulasan yang perlu dibahas, maka di sini akan kita bagi menjadi beberapa posting. Monggo disimak.

Fanatisme Buta
Sepak bola telah menjadi magnet yang mampu menggerakkan kelompok social dalam populasi yang cukup besar. Iklim kompetitif antar klub sepakbola sampai merambah pada persaingan antar supporter, bahkan muncul ke permukaan dengan menonjolkan sisi kedaerahan masing masing supporter. Klub dan supporter sepakbola memang adaloah satu jejaring social yang sulit dipisahkan. Suporter menganggap klub sebagai representasi daerah yang paling diunggulkan dan diidolakan dalam kancah persepakbolaan tanah air. Suporter yang lebih mengedepankan unsure kecintaan pada klubnya bertendensi menjadi awal timbulnya fanatisme buta.
Salah satu manifestasi dari fanatisme buta terbukti dengan sering terjadinya konflikantar supporter sepakbola. Seolah-olah klub sepak bola yang didukung adalah klub terbaik dan harus menang, jika kalah maka dapat menjadi stimulus munculnya amarah. Jika seperti itu, seringkali yang menjadi sasaran pelampiasan amarah adalah supporter lawan, bahkan mengarah pada kerusuhan di luar stadion sampai ketempat-tempat umum yang ikut menjadi pelampiasan amarah supporter. Tidak sedikit supporter di Indonesia yang masih mengedepankan sisi fanatisme dibandingkan iklim sportivitas, kompetitif, dan menghargai satu sama lain dalam mendukung timnya saat pertandingan berlangsung.
Salah satu supporter yang memiliki akar sejarah cukup panjang sebagai supporter fanatic di kancah sepakbola Indonesia adalah Bonek, pendukung tim Persebaya Surabaya. Dalam sejarah yang ada, nama Bonek (bondo Nekad) ini tercetus dan digaungkan oleh media Jawapos, yaitu saat Persebaya di era perserikatan tahun 1987-an. Saat itu Persebaya menjadi salah satu basis kekuatan sepakbola nasional selain Bandung, Jakarta, Medan, Semarang, dan Makasar.
Dengan latar belakang sejarah yang demikian kuat dan ditunjang dengan fanatisme dukungan masyarakat Surabaya kepada Persebaya, hampir seluruh penduduk Jatim mendukung Persebaya di final perserikatan tahun 1987 saat Persebaya vs Persija. Dan mungkin dari faktor sejarah panjang tersebut sehingga terbentuk suatu fanatisme yang kuat terhadap Persebaya oleh Bonek itu sendiri.
Dan sifat fanatisme ini yang menjadikan sebagai landasan terbentuknya rivalitas antar klub yang berujung dengan terjadinya permusuhan antar supporter sepakbola. Secara internal, lahirnya fanatisme supporter ini dipengaruhi pula oleh ikatan emosional yang kuat antar pendukung dalam satu klub. Memiliki rasa cinta bersama pada sebuah klub akan melahirkan integritas kuat sehingga berpotensi memunculkan konflik dengan kelompok lain. Dengan lebih mengedepankan unsure fanatisme berlabel kecintaan atau pengorbanan total (bersama-sama) pada sebuah klub, eksistensi supporter yang tidak ingin kalah dengan eksistensi supporter lain.
Dan mungkin untuk perkara gesekan antar suporter yang didasari oleh fanatisme tersebut tidak perlu kita bahas, banyak sekali contohnya, Terutama di Indonesia.
Dan kita sebagai penikmat bola sudah barang tentu tidak menginginkan terjadinya banyak kekerasan yang diakibatkan oleh adanya sikap fanatisme yang membabi buta yang akhirnya dapat mengeyampingkan rasa sportifitas yang seharusnya dijunjung tinggi. Fanatik boleh, tapi mbok ya jangan sampai dengan mengatas namakan fanatik mereka lalu akan menjadikannya sebagai alasan untuk melakukan tindakan kekerasan, iya toh?

SASAJI

0 komentar:

Posting Komentar