Sabtu, 02 Februari 2013

Eksistensi Arema – Aremania


             Jean Paul Sartre adalah seorang filsuf Perancis dan dianggap sukses dalam mengembangkan eksistensialisme. Memahami eksistensi bagi saya pribadi sama artinya dengan memahami hakekat apa dasar manusia ada selama ini. Manusia ada untuk hidup dan berjuang, meski pada dasarnya manusia tidak kuasa menolak takdir.

Manusia tercipta untuk hidup dan menerbitkan garis keturunan yang baru. Dengan adanya hal tersebut maka manusia mempunyai kuasa untuk meneruskan eksistensinya di muka bumi ini. Eksistensi manusia semakin nyata ketika ia berhasil mengembangkan sayapnya, mengatur segala macam penghidupan di berbagai belahan ini. Tentunya setelah mereka mendayagunakan akal dan pikirannya.
Bicara mengenai eksistensi memang tidak luput dari budaya sepakbola. Dewasa ini adalah era sepakbola profesional. Segala konsep dan pemikiran terwujud sepenuhnya di atas lapangan. Sekalipun nantinya mengacu pada kode etik FIFA dan Laws of the Game, tapi tidak akan mengurangi hakekat sepakbola sebagai cabang olahraga terbesar di dunia.
Arema dan Aremania, adalah sekumpulan mania bola yang memiliki konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual tentang bagaimana caranya berkiprah dalam persepakbolaan Indonesia. Tentang kiprah Arema dan Aremania selama ini tentu lebih dari sekedar menjabarkan karakter Sepakbola Malangan dalam permainan Arema itu sendiri.
Mekanisme permainan Arema tersaji dalam skema dan taktik yang dikeluarkan Benny Dollo. Tujuannya sangat jelas dimana pemain Arema diminta untuk lebih dari sekedar mematuhi instrumen pelatih tetapi juga memperagakannya di atas lapangan.
Ketika mekanisme itu sukses dijalankan para pemain Arema niscaya kemenangan akan diraih. Setiap point kemenangan yang didapat adalah wujud upaya para pemain Arema untuk mempertahankan eksistensinya. Poin demi poin yang diraih akan melempangkan jalan Arema menuju tangga juara dan itu berlaku bagi Arema dalam rangka mempertahankan eksistensinya di ajang Copa Indonesia 2006.
Arema adalah Juara Bertahan di ajang Copa Indonesia. Sukses Arema merebut mahkota Copa Indonesia 2006 lalu adalah parameter dimana Arema sukses mempertahankan eksistensinya selama musim kompetisi 2005. Andai Arema tidak juara di ajang Copa Indonesia 2005, musim itu kita tidak akan mengawali kompetisi dengan status sebagai juara Copa Indonesia.
Ada lagi saat Arema meraih kampiun juara liga Indonesia musim 2009-2010. Dengan dibawah pimpinan R.A Albert singa2 muda Arema mampu mematahkan keraguan banyak kalangan tentang Arema, yang akhirnya di akhir musim dengan penuh kepercayaan tingga skuad Arema melengkapi pesta juara Liga Indonesia dengan menghempaskan Persija di kandangnya dengan skor yang sangat telak 1-5.
Sementara itu, Aremania eksis karena memang menyatu dengan eksistensi Arema dalam mengarungi kompetisi. Arema dan Aremania ibarat dua hal yang saling bertautan. Arema membutuhkan Aremania untuk meneruskan eksistensinya. Sementara Aremania membutuhkan Arema untuk mewujudkan idealismenya.
Arema sukses mempertahankan eksistensinya selama ini adalah sebuah berkah. Dulu cerita pesimis seringkali membayangi perjalanan Arema. Apalagi semuanya bermuara bagaimana menjaga eksistensi Arema dalam mengarungi kompetisi negeri ini.
Cerita lama itu musnah dan tinggal kenangan dalam sanubari kita. Saat ini mungkin kita hanya bisa memperkirakan probabilitas mengenai kemungkinan Arema menjadi kampiun Liga Indonesia. Proabilitas adalah sebuah teorema dimana Arema dihadapkan pada bilangan 1 untuk pernyataan Arema bisa menjadi juara Liga Indonesia dan sifatnya adalah mungkin. Sementara Bilangan 0 menjelaskan kemungkinan Arema menjadi Juara Liga Indonesia adalah hal yang mustahil dan tidak akan pernah terjadi.
Dalam keikutsertaan Arema di Liga Indonesia I – XII, proabilitas tersebut bernilai 0. Hal ini berlaku untuk 11 kali partisipasi Arema di Divisi Utama. Tidak mungkin rasanya untuk mengejar bilangan 1 tersebut Arema harus rela mengikuti Kompetisi Divisi 1. Apalagi mengingat tahun 2008 akan diberlakukan event Superliga. Memang kita percaya pada sebuah keajaiban, tapi nyatanya semua harus kita wujudkan dengan jerih payah kita sendiri. Disertai dukungan Aremania tentunya.
Eksistensi Arema ini hendaknya diikuti oleh Aremania juga. Jika Arema terus berusaha menerbitkan sinar prestasinya, maka tidak lain Aremania mau tak mau harus turut serta berkompetisi dalam kancah persuporteran Indonesia.
Siapa yang tidak meragukan eksistensialisme Aremania. Berikut juga kreatifitas dan kuantitasnya dalam mendukung perjalanan Arema. Pandangan Aremania sebagai Soko Guru Suporter Indonesia wajib dipertahankan. Satu hal yang wajib dijadikan bahan renungan adalah kiprah Aremania selama ini.
Silakan Anda mengajukan pemikiran apakah Aremania yang sekarang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini berkaitan erat dengan citra Aremania sebagai Suporter yang pernah menyandang predikat terbaik di tanah air. Bahkan predikat tersebut diberikan Ketua Umum PSSI saat itu, Agum Gumelar. Meski nyatanya sekarang ini organisasi tersebut kita pandang dengan sebelah mata, imbas dari kinerjanya saat ini.
Jika Aremania tahun 2000 berhasil menyandang predikat terbaik kenapa sekarang kita tidak pernah menerimanya lagi. Coba kita berpikir lebih obyektif lagi, bagaimana tingkat kedewasaan Aremania sekarang ini sampai dengan tingkat grassroot. Berikut level suportif yang pernah disandangnya. Betapa sepakbola modern sekarang ini mementingkan citra fair play dan suportifitas di atas segalanya.
Dulur, sesungguhnya saya tidak mengeneralisasi bahwa Aremania telah mencapai titik klimaks . Seperti pada diagram alur, ada peningkatan dan ada pula kemunduran suatu prestasi. Jika Arema mengalami kemunduran prestasi atau inkonsistensi permainan adalah hal yang wajar, karena tidak ada tim manapun di dunia ini yang bisa meraih hasil 100% sampai bertahun-tahun lamanya.
Pendeknya, jika Aremania sendiri yang mencapai inkonsistensi dalam hal suportifitas, pendewasaan diri maupun citra damai yang pernah dijadikan jargonnya, tentu hal ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua. Apakah kita memang tidak dapat mempertahankan visi kita untuk menebarkan misi damai dimanapun kita berada.
Sesungguhnya Arema membutuhkan Aremania. Apa jadinya jika Arema berusaha mencetak prestasi dan terus berusaha mempertahankan posisi puncak. Sementara kita sendiri tidak ada inisiatif untuk menjadi jawara dalam persuporteran Indonesia. Jawara disini bukan lagi sekedar adu kreatifitas, tapi juga suportifitas. Seyogyanya kita menahan diri dulu untuk menjual bogem kepada suporter lain, apalagi kepada rekan sendiri. Toh hemat saya, apakah kita mau dikatakan sebagai suporter primitif, seperti yang pernah berulangkali kita sebut kepada tetangga kita ini.
Pembaca yang budiman, Insyaallah Aremania adalah sekelompok manusia yang tidak hanya dibekali cipta, rasa dan karsa, namun juga segenap akal dan pikiran. Lewat hal tersebut kita jadikan Aremania sebagai yang terbaik seperti yang kita sandang di waktu terdahulu.
Jika selama ini Aremania memiliki kreatifitas yang terus berkembang sepanjang masa. Kini saatnya kita memadukan kreatifitas tersebut dengan suportifitas yang kita miliki. Hasilnya di atas tribun stadion akan ada pertunjukan seni ala Aremania. Sementara itu baik di dalam maupun di luar stadion akan ada nuansa persahabatan yang dipelihara oleh Aremania tanpa terkecuali.
Dan Aremania selama ini selalu dapat selalu menjaga diri agar tetap pada jalurnya, yaitu sebagai suatu perkumpulan tanpa ada yang bisa menungganginya, baik untuk kepentingan politik (yang paling sering) atau untuk kepentingan pilkadal (hahahahaha politik juga). Aremania sama sekali tidak terpengaruh dengan iming2 apapun dari pihak tersebut, karena Aremania murni hanya untuk Arema, karena Aremania ada karena ada Arema.
Hal itu bukanlah mustahil terjadi. Berbagai upaya telah dilakukan bersama. Tinggal bagaimana kita mampu melaksanakannya sampai level grassroot. Apapun caranya, hendaknya dalam hal ini kita lebih mengutamakan kepentingan Arema dan Aremania daripada kepentingan pribadi (masalah perut).
Dulur, alangkah indahnya jika kita bisa menyaksikan dan merasakan tidak hanya Arema saja yang menjadi kampiun pada kompetisi Liga Indonesia, namun juga Aremania yang mendapat predikat sebagai Suporter terbaik tingkat nasional nantinya. Ingatlah yang memberi predikat terbaik itu bukan kita, tapi pihak lain yang memiliki pandangan obyektif.
Aremania ada karena ada Arema, dan Aremania adalah ruh bagi Arema.Keduanya tidak bisa dipisahkan, apabila terpisah, maka hanya kenangan dari keduanya lah yang bakal terjadi. Kematian! suatu hal yang sangat tidak pernah ayas bayangkan.
Jagalah eksistensi Arema dan Aremania itu nawak!
Sumber:Junedoyisam
SASAJI

0 komentar:

Posting Komentar